SELAMAT DATANG DI WEBS SDN 3 PAKUWON - GARUT KOTA

Senin, 05 Februari 2024

Berpikir Kritis Menurut Para Ahli

Berpikir kritis adalah salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh semua orang. Berpikir kritis menjadi salah satu soft skill yang diperlukan dalam meningkatkan karier dan kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Seorang yang berpikir kritis seringkali memiliki manfaat terhadap kepemimpinannya yang sukses.

Berpikir kritis merupakan berpikir secara logis dan sistematis dalam membuat keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan yang ada.

Nah berikut artikel ini akan membahas tentang apa sih berpikir kritis? Apa manfaat berpikir kritis? Kenapa kemampuan berpikir kritis itu penting? Bagaimana cara berpikir kritis? Bagaimana mengembangkan kemampuan berpikir kritis? Bagaimana mengasah kemampuan berpikir kritis? Tak hanya itu, disini juga ada rekomendasi buku terbaik tentang berpikir kritis untuk Grameds!


Table of ContentsApa itu Berpikir Kritis?

Apa Manfaat Berpikir Kritis?

1. Melihat Masalah dari Berbagai Perspektif

2. Bisa Diandalkan

3. Mandiri dalam Menghadapi Persoalan

4. Menemukan Ide dan Peluang Baru

5. Berpikir Jernih dan Rasional

6. Kemampuan Adaptasi Meningkat

7. Keterampilan Bahasa dan Presentasi Meningkat

8. Kreativitas Meningkat

9. Mengembangkan Diri

Kenapa Kemampuan Berpikir Kritis itu Penting?

Rekomendasi Buku Tentang Berpikir Kritis

1. Berpikir Kritis: Kecakapan Di Era Digital karya Kasdin Sihotang

2. Berpikir Kritis: Kaidah Penerang Untuk Hidup Benar dan Selamat karya Dr. Saifur Rohman, M.Hum

3. Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie

Bagaimana Cara Berpikir Kritis?

1. Mengidentifikasi Permasalahan atau Pertanyaan

2. Kumpulkan Data, Pendapat, dan Argumen

3. Menganalisa dan Evaluasi Data yang Terkumpul

4. Mengidentifikasi Data yang Ditemukan dengan Asumsi

5. Menentukan Hal-hal yang Signifikan

6. Membuat Keputusan untuk Mencapai Kesimpulan

7. Menggunakan Buah Pikir Kita

Bagaimana Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis?

1. Melatih Diri agar Berpikir Seimbang

2. Melatih Kesadaran Situasional

3. Melatih dan Mengembangkan Pemikiran Secara Efektif dan Efisien

4. Menunjukan Kecerdasan Emosional Kita

5. Berfokus pada Tujuan dan Hasil

Bagaimana Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis?

Kategori Ilmu Berkaitan Self Improvement

Artikel Self Improvement


Apa itu Berpikir Kritis?

Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk berpikir dengan rasional dan tertata yang bertujuan untuk memahami hubungan antara ide dan/atau fakta. Pemikiran kritis merupakan sesuatu yang bisa membantu kita dalam menentukan apa yang kita percayai.

Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir dengan jernih dan rasional mengenai apa yang yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercayai. Proses di mana kita harus membuat penilaian yang rasional, logis, sistematis, dan dipikirkan secara matang adalah proses dalam berpikir kritis.

Robert Ennis seorang filsuf Amerika yang dianggap sebagai salah satu tokoh terkemuka pemikiran kritis menyimpulkan, berpikir kritis merupakan penalaran mengenai keyakinan dan tindakan yang masuk akal dan berfokus pada memutuskan apa yang dipercayai atau yang dilakukan.

Sementara itu, Michael Scriven profesor ahli ilmu perilaku dan organisasional yang berasal dari Claremont Graduate University, mengungkapkan bahwa berpikir kritis merupakan proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil membuat konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi.

Baik informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan lewat observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, dan komunikasi, sebagai panduan untuk meyakini sesuatu dan melakukan sebuah tindakan.

Sederhananya, berpikir kritis adalah kemampuan berpikir dengan rasional dan melihat permasalahan secara objektif sehingga hasil yang akan diperoleh tidak bias dan sesuai dengan kenyataan yang ada.

Jika ada pemimpin yang memiliki kemampuan berpikir kritis bisa memahami hubungan logis antara ide, argumen, atau kesalahan dalam penalaran, maka pemimpin tersebut akan membuat keputusan dengan tepat.

Kita bisa mengambil contoh berpikir kritis bisa ditemukan pada diskusi yang diselenggarakan oleh sebuah tim. Misalnya saja, ketika mengidentifikasi masalah, anggota tim mampu menentukan mana informasi yang relevan dengan isu yang sedang dibahas atau tidak, mengenali bias dan propaganda, dan faktor emosional.

Kemampuan dalam memprediksi kemungkinan risiko yang akan terjadi dan bisa membedakan antara fakta dan opini merupakan contoh logika yang sering kali digunakan dalam berpikir kritis.

Berpikir kritis bukan suatu yang asing. Berpikir kritis merupakan proses berpikir yang membangun atau konstruktif yang bertujuan untuk mencari solusi. Ketika berpikir kritis, kita tidak hanya menerima semua argumen dan kesimpulan begitu saja tanpa ketelitian, tetapi juga mempertanyakan validitas dari argumen dan kesimpulan yang ada.

Apa Manfaat Berpikir Kritis?

Berpikir kritis acap kali dikaitkan dengan kesuksesan. Keterampilan berpikir kritis bukan hanya diperlukan oleh orang-orang yang bekerja di bidang tertentu. Berpikir kritis bermanfaat bagi siapa saja. Ada beberapa manfaat berpikir kritis bagi kita, di antaranya:

1. Melihat Masalah dari Berbagai Perspektif

Dalam kehidupan sehari-hari, penting untuk memahami perbedaan, permasalahan, dan persoalan yang terjadi. Jika kita berpikir kritis, kita akan mudah menghargai sudut pandang orang lain dalam menanggapi suatu isu.

2. Bisa Diandalkan

Manfaat selanjutnya dari berpikir kritis yaitu kita bisa diandalkan oleh tim atau organisasi yang kita ikuti, karena kita bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan benar. KIta juga memiliki kemampuan untuk mengajak anggota tim agar bisa bekerja dengan efektif dan efisien.

3. Mandiri dalam Menghadapi Persoalan

Berpikir kritis merupakan berpikir yang mandiri. Dengan pemikiran yang mandiri ini, kita mampu mengatasi persoalan dengan cepat.

4. Menemukan Ide dan Peluang Baru

Ketika kita berpikir kritis, kita bisa mendapatkan manfaat yaitu mudah dalam menghasilkan ide brilian yang inovatif dan mampu mencari peluang untuk mewujudkannya.

5. Berpikir Jernih dan Rasional

Jika kita mampu berpikir dengan jernih dan rasional ini menandakan seseorang mampu berpikir dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah dengan sistematis. Kemampuan ini dibutuhkan dan sebagai aset untuk menjalankan karier di bidang apa pun.

6. Kemampuan Adaptasi Meningkat

Zaman berkembang begitu pesat dan perubahan demi perubahan terjadi. Adanya pengetahuan dan teknologi baru membuat manusia yang memiliki kemampuan berpikir kritis beradaptasi dengan cepat. Ini disebabkan karena orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis bisa meningkatkan keterampilan intelektual yang fleksibel, mempunyai kemampuan menganalisis kemampuan informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan masalah yang ada.

7. Keterampilan Bahasa dan Presentasi Meningkat

Pola berpikir kritis bisa meningkatkan kemampuan untuk memahami struktur logika teks saat mempelajari dan menganalisanya. Hal ini tentunya bisa meningkatkan kemampuan untuk mengekspresikan ide dan gagasan.

8. Kreativitas Meningkat

Berpikir kritis memungkinkan kita untuk mengevaluasi ke dasar masalah dan menghasilkan solusi kreatif yang relevan. Dengan demikian, bukan hanya menghasilkan ide, berpikir kritis juga memungkinkan kita untuk mengevaluasi ide baru yang didapat, menyeleksi, dan memodifikasinya jika dirasakan perlu.

9. Mengembangkan Diri

Berpikir kritis tentunya bisa menjadi alat untuk evaluasi diri sendiri yang bersifat konstruktif. Ini bisa dilakukan dengan cara mengevaluasi keputusan dan tindakan yang telah diambil. Oleh karena itu, seorang yang berpikir kritis sangat bisa berkembang.

Kenapa Kemampuan Berpikir Kritis itu Penting?

Saat kita berpikir kritis, kita akan selalu merasa tertantang. Hal ini berlaku juga dalam kehidupan kita sehari-hari. Contoh berpikir kritis ini yaitu, jika kita menemukan hal yang sebenarnya belum berfungsi secara normal, dengan berpikir kritis kita bisa mengidentifikasi solusi baru yang lebih baik. Tujuan dari berpikir kritis ini salah satunya yaitu sebagai bentuk pengembangan dan perbaikan diri.

Rekomendasi Buku Tentang Berpikir Kritis

Ada beberapa rekomendasi buku untuk Grameds yang ingin mempunyai kemampuan berpikir kritis, di antaranya:

1. Berpikir Kritis: Kecakapan Di Era Digital karya Kasdin Sihotang

Kualitas seseorang bisa dilihat dari perilakunya. Selain perilaku yang baik, cara berpikir menjadi salah satu dari penilaian terhadap kualitas seseorang. Di era digital ini, cara berpikir kritis sangat dibutuhkan. Berpikir kritis menjadi kebutuhan yang mendasar dalam menghadapi situasi global yang sarat dengan kompleksitas dan perubahan yang begitu pesat di era digital sekarang.

Berpikir kritis adalah kecakapan hidup yang membuat orang bisa mempertahankan eksistensinya dengan langgeng di masa kiwari ini. Buku Berpikir Kritis: Kecakapan Di Era Digital karya Kasdin Sihotang ini cocok dibaca oleh siapa pun, khususnya para akademisi, mahasiswa, dan dan siapa saja yang tidak mau tenggelam karena arus perubahan yang serba cepat dan masif di era digital sekarang.

Buku yang ditulis oleh pengajar di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya ini menyuguhkan letak esensi berpikir kritis, bagaimana mengembangkan pola pikir kritis di zaman digital seperti sekarang, hal-hal yang perlu diusahakan dalam menumbuhkan berpikir kritis dalam diri kita, standar yang bisa digunakan dalam mengenali tingkat berpikir kritis kita, bagaimana tips menunjukkan pola pikir kritis pada saat membaca dan menuliskan ide-ide supaya bisa dipahami oleh orang lain.

2. Berpikir Kritis: Kaidah Penerang Untuk Hidup Benar dan Selamat karya Dr. Saifur Rohman, M.Hum

Buku ini terbit bukan hanya untuk menjelaskan maksud dari berpikir kritis,tetapi juga tentang bagaimana langkah-langkah dalam berpikir kritis. Hal ini tentunya bukan hanya membantu pembaca menemukan hal yang benar dari yang salah, tetapi juga mencurigai semua hal yang telah kita anggap benar.

Dengan membaca buku ini, nantinya kita tidak begitu saja menerima apa pun sebelum mencermati dengan baik dan benar. Buku Berpikir Kritis: Kaidah Penerang Untuk Hidup Benar dan Selamat karya Dr. Saifur Rohman, M.Hum ini pembahasannya mendetail, mendasar, filosofis, dan runut. Keunggulan lainnya, pembahasan dikemas dengan bahasa yang populer dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan keilmuan. Terakhir, berpikir kritis akan membuat hidup kita menjadi benar dan selamat, seperti halnya ditegaskan dalam buku ini.

3. Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie

Buku ini berisi pemikiran-pemikiran kritis mahasiswa aktivis dan idealis pada masanya. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sejarah FSUI. Soe Hok Gie menulis kritik-kritiknya yang keras lewat media koran-koran. Buku ini cocok dibaca oleh generasi pemuda, dalam melihat bangsa ini dari kacamata seorang mahasiswa yang memiliki pemikiran kritis.

Gie berupaya menggugah keberanian mahasiswa dalam bersikap dan menghadapi masalah yang harus dihadapi. Gie sebagai mahasiswa yang berpikir kritis, ia tidak hanya ingin beraksi menyuarakan aspirasi tanpa pemikiran yang matang atau hanya sekadar ikut-ikutan saja. Secara umum, buku ini menjadi salah satu karya yang harus dibaca oleh para mahasiswa dan kalangan umum yang ingin memiliki sifat berpikir kritis.

Bagaimana Cara Berpikir Kritis?

Berlatih berpikir kritis memerlukan waktu, kesabaran, konsisten, dan yang terpenting terus berlatih. Ada beberapa langkah-langkah melatih kita dalam berpikir kritis, di antaranya:

1. Mengidentifikasi Permasalahan atau Pertanyaan

Mengidentifikasi permasalahan yang kita hadapi sebaik dan setepat mungkin. Semakin kita menganalisa dengan baik dan tepat, maka akan semakin mudah kita dalam menemukan solusi dan jawabannya.

2. Kumpulkan Data, Pendapat, dan Argumen

Mencari data beberapa sumber yang menyampaikan hal-hal yang berbeda dan sudut pandang yang berbeda juga.

3. Menganalisa dan Evaluasi Data yang Terkumpul

Kita harus bisa memastikan sumber yang kita gunakan itu valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu, kita bisa mencari tahu apakah kesimpulan yang kita akan ambil mempunyai data pendukung atau hanya sekadar bersifat argumentatif.

4. Mengidentifikasi Data yang Ditemukan dengan Asumsi

Kita mulai asumsikan jika sumber yang kita gunakan bias ataupun jika kita yang bias dalam mencari jawaban. Hal ini akan menyebabkan kita untuk berpikir dua kali.

5. Menentukan Hal-hal yang Signifikan

Kita misalkan saja, hal apa yang paling penting atau apakah jawaban yang kita temukan sudah cukup dan yang pasti apakah jawaban yang kita temukan relevan dengan masalah yang sedang kita hadapi.

6. Membuat Keputusan untuk Mencapai Kesimpulan

KIta mengidentifikasi beberapa kesimpulan yang telah kita temukan dan tentukan mana yang paling cukup terdukung. Menimbang pro dan kontra dari kemungkinan-kemungkinan yang ada.

7. Menggunakan Buah Pikir Kita

Setelah sudah pada kesimpulan, kita bisa menggunakan hasil dari pikiran kita untuk bisa memecahkan masalah.

Bagaimana Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis?

Ada beberapa cara mengembangkan diri kita dalam kemampuan berpikir kritis, di antaranya:

1. Melatih Diri agar Berpikir Seimbang

Jika kita underthink, hal ini bisa mencerminkan kemalasan atau bahkan kesombongan yang dapat menyebabkan fokus yang buruk. Sementara itu, apabila kita overthink, hal ini justru akan mencerminkan kehati-hatian dan keraguan yang berlebih, yang bisa saja mengarahkan pada penilaian yang bias dan adanya ketakutan.

2. Melatih Kesadaran Situasional

Kita harus mengembangkan kemampuan yang kita miliki untuk bisa memahami hubungan ataupun relevansi dalam suatu masalah yang ada. Mulai latih diri kita untuk mengembangkan rasa membandingkan yang baik dalam mengevaluasi situasi, baik secara teoritis maupun secara praktis. Dengan demikian, kita bisa lebih memahami lebih baik dengan mendengarkan bukan hanya konteks yang dibicarakan saja, tetapi juga dengan pendekatan tentang bagaimana hal ini diungkapkan.

3. Melatih dan Mengembangkan Pemikiran Secara Efektif dan Efisien

Mari mencoba diri kita untuk berpikir dengan efektif dan efisien. Kita bisa menerapkan pendisiplinan dalam berpikir melalui cara:

Menentukan permasalahan dalam waktu 2 menit

Nyatakan hasil yang ingin dicapai dalam waktu 3 menit

Menentukan tantangan yang sekiranya akan dihadapi dalam 4 menit

Menentukan tindakan yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah dalam waktu 4 menit

Menentukan prioritas tindakan dalam waktu 2 menit

Nah, kita bisa mengikuti tips ini, maka kita akan terlatih untuk memecahkan masalah dengan waktu yang singkat dan baik.

4. Menunjukan Kecerdasan Emosional Kita

Seorang yang berpikir kritis yaitu adalah pemikir yang sadar akan kemampuan diri sendiri. Orang-orang yang berpikir kritis terus berlatih untuk mengenali dirinya sendiri dan tentunya orang lain. Mengekspresikan empati dan kepercayaan pada orang lain yang menjadi cara yang bagus untuk dilakukan agar bisa memahami orang dengan lebih baik lagi.

5. Berfokus pada Tujuan dan Hasil

Melatih diri kita agar terus berfokus pada hal-hal yang ingin kita capai. Kita sebisa mungkin mencari cara agar diri kita tidak terganggu oleh hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan tujuan kita.

Bagaimana Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis?

Seorang yang berpikir kritis sering kali mempunyai berbagai pertanyaan ketika dihadapkan pada sebuah persoalan atau informasi. Beberapa pertanyaan yang sering diajukan oleh pemikir kritis antara lain:

Dari mana informasi ini berasal?

Apakah sumber informasi ini bisa dipercaya dan valid?

Apakah kesimpulan yang didapat sudah berdasarkan bukti yang kuat atau hanya sekadar asumsi atau firasat saja?

Apakah aturan yang berlaku sudah final atau masih bisa diubah atau dimodifikasi oleh orang lain?

Apakah kesimpulan yang telah diputuskan sudah menjawab persoalan?

Selain itu, seorang yang berpikir kritis memiliki tiga keterampilan dasar, berupa:

Rasa ingin tahu yang tinggi. Seorang yang berpikir kritis selalu mencari informasi dan bukti terbaru dan kuat, suka mempelajari banyak hal, dan terbuka dengan ide yang baru.

Skeptis. Skeptis artinya tidak gampang percaya dengan suatu hal. Seorang yang berpikir kritis selalu mempertanyakan informasi yang baru didapatkan sehingga tidak gampang percaya dengan perkataan orang lain.

Memiliki kerendahan hati. Seorang yang berpikir kritis berpikiran kritis akan terbuka dan tidak gengsi untuk mengakui kesalahan atau kekurangannya saat dihadapkan pada bukti yang meyakinkan bahwa ternyata ide dan pendapatnya salah.


Filsafat Pendidikan : Pengertian, Ruang Lingkup, Aliran-Aliran dan Hubungan Filsafat dalam Pendidikan

 Pengertian filsafat pendidikan 

Kata filsafat berasal dari bahasa yunani filosofia yang berasal dari kata kerja filosofien berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari bahasa yunani philosophy, Ada pula yang mengatakan filsafat berasal dari bahasa arab falsafah yang artinya hikmah. Dengan demikian diartikan ” cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Suka kepada hikmah dan kebijaksanaan.jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, ahli hikmah dan bijaksana.

Selanjutya kata filsafat yang banyak terpakai dalam bahasa indonesia, menurut prof. Dr. harun Nasution bukan berasal dari kata arab falsafah dan bukan pula dari kata Barat philosophy. Disini dipertanyakan tentang apakah fil diambil dari kata Barat dan safah dari bahasa Arab, sehingga terjadi gabungan antara keduanya dan menimbulkan kata filsafat?

Dari pengertian secara Etimologi itu, filsafat didefinisikan sebagai berikut:

  • Pengetahuan tentang hikmah
  • Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar
  • Mencari kebenaran
  • Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas

Plato, mengatakan bahasa filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada.

Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asal segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.

Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal ssegala pengetahuan dan pekerjaan.

Fichte, menyebut filsafat sebagai Wissenschaftslehre: ilmu dari ilmu-ilmu yakni ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu.

Ibnu Sina, membagi filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang keduanya berhubungan dengan agama, di mana dasarnya terdapat dalam syari’at tuhan, yang penjelasan dan kelengkapanya diperoleh dengan tenaga akal manusia.

Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan 

  1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan
  2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan
  3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan
  4. Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan
  5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideology), filsafat pendidikan, dan politik pendidikan (sistem pendidikan)

  1. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
  2. Aliran Proggressivisme
  3. Filsafat Pendidikan Idealisme
  4. Filsafat Pendidikan Realisme
  5. Filsafat Pendidikan Materialisme
  6. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
  7. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
  8. Filsafat Pendidikan Progresivisme
  9. Hubungan Filsafat dalam Pendidikan

Filsafat, dalam arti filosofis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teorinpendidikan oleh para ahli.

Filsafat, berfungsi memberi arah begi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.

Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.

Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalanya.

Adapun pengertian filsafat menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut: 

Maka dari pengertian-pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber kebenaran secara logis, kritis, rasional, dan spekulatif. Alat yang digunakan untuk mencari kebenaran adalah akal yang merupakan sumber utama dalam berpikir. Dengan demikian, kebenaran filosofis adalah kebenaran berpikir yang rasional, logis, sistematis, kritis, radikal, dan universal.

Adapun yang dimaksud dengan filsafat pendidikan adalah sebagaimana yang diungkapkan al-Syaibany, filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur, yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.  Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai maklumat yang diupayakan untuk pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral. Sedangkan menurut Imam Barnadib filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan.

Kalau kita perhatikan pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh lodge, yaitu ” life is education” akan berarti bahwa seluruh proses hidup ini adalah proses pendidikan. Selanjutnya dalam artinya yang sempit  Lodge menjelaskan pengertian pendidikan mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar serba terkontrol. Dan pendidikan formal hanyalah bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan tidak bisa lepas kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhan.

Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang terbaik agar dapat mengatasi permasalahan hidup dan hidup yang dihadapi. Filsafat bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bgai manusia agar mendapatkan kebahagiaan.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang komperhensif. Baik material konkret mapun non material abstrak. Jadi, obyek filsafat itu tidak terbatas. Secara makro, apa yang terjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:

Dengan demikian, dari uraian di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri

Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu. Ilmu ingin mengetahui sebab dan akibat dari sesuatu. Sementara filsafat tidak terikat pada satu ketentuan dan tidak mau terkurung dalam satu ruang saja. Filsafat ingin memperoleh realitas mengenai apa hakikat benda, dari mana asal-usulnya, dan kemana tujuan akhirnya.

Untuk mengenal perkembangan pemikiran dunia filsafat pendidikan, akan diuraikan garis-garis besar aliran filsafat dalam pendidikan, yaitu:

Aliran proggressivisme adalah aliran filsafat yang sangat berpengaruh dalam abad ke 20 ini. Aliran ini dihubungkan dengan pandangan liberal, yaitu fleksibel, curious dan open mined. Aliran ini meyakini bahwa manusia mempunyai kesanggupan untuk mengendalikan hubunganya dengan alam serta meresapi dan menguasai rahasia alam.

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi.

Aliran ini menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran berfilsafat spiritual atau mental. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, al Ghazali.

Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.

Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami.  Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.

Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatugerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.

Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman manusia.

Filsafat menetapkan ide-ide, idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian manusia. Kilpatrik mengatakan, berfilsafat dan mendidik adalah dua face dalam satu usaha; berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha mereliasasikan nilai-niali dan cita-cita itu dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia. Mendidik ialah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat, membina nilai-nilai dalam kepribadian mereka, demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan melembagakannya dalam kehidupan mereka.

Oleh kerena itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah reliasi dari ide-ide filsafat; filsafat memberi asas kepastian bagi peranan pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan.

Dari uraian di atas, diperoleh hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan berikut:[10]

[1] Jujun S. Surisumantri filsafat ilmu sebuah pengantar populer ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 1985) hal.20

[2]  Asmoro Ahmadi filsafat Umum, ( jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2012) hal. 1

[3] Zuhairini filsafat pendidikan, ( jakarta: Bumi Aksara 1995) hal. 4

[4]  Suhar AM Filsafat Umum, (Jakarta: persada press 2009) hal. 9-10

[5]  Jalaluddin, Abdullah Idi filsafat pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo 2013) hal.6-7

[6] Anas Salahudin filsafat pendidikan, ( Bandung:pustaka Setia 2011) hal. 24

[7] A.Chaedar Alwasilah filsafat bahasa dan pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008) hal. 

15

[8] Soejono Soemargono Pengantar Filsafat ( Yogya:Tiara Wacana 2004) hal. 5

[9] Ibid. 76

[10] M.  Noorsyam, pengantar filsafat pendidikan ( Malang: IKIP 1978) hal. 13

Pengertian Filsafat Pendidikan dan Jenis-jenis Filsafat Pendidikan

Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja fisafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang hasil realitas, pemgetahuan, dan nilai, khususnya yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan pendidikan. Ada sembila tipe filsafat pendidikan yang paling berpengaruh dalam dunia pendidikan yaitu sebagai berikut:

Jenis-jenis Filsafat Pendidikan

A. Filsafat Pendidikan Idealisme = > Inti dari ajaran filsafat pendidikan idealisme adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi kehidupan manusia, roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut dengan penjelmaan dari roh atau sukma.

Menurut paham idealisme guru harus membimbing atau mendiskusikan dengan pesrta didik bukan prinsip-prinsip ekternal, malainkan sebagai kemungkinan-kemungkinan yang perlu dikembangkan, serta juga harus diwujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidikan bukan menjejalkan pengetahuan dari luar kedalam diri seseorang, melainkan memberikan kesempatan untuk membangun atau mengkonstruksikan pengalaman dalam diri seseorang.

B. Filsafat Pendidikan Realisme = > Realisme dalam berbagai bentuk menurut ahli menarik garis pemisah yang tajam antara yang mengetahui dan yang diketahui, dan pada umumnya cenderung ke arah dualisme atau monisme materialistik. Seorang pengikut materialisme mengatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama. Jika demikian halnya, sudah tentu dapat juga sama-sama dikatakan jiwa adalah materi seperti mengatakan materi adalah niwa. Tetapi apakah orang berusaha melacak roh samapai kepada materi ataukah materi sampai kepada roh? 

Sistem pendidikan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.hubungan fisik yang berbeda.

C.  Filsafat Pendidikan Materialisme  = >Karakteristik umum pendidikan yang menganut filsafat materialime pendidikan adalah semua sains seperti biologi, kimia, psikologi, fisika, sosiologi, ekonomi, dan yang lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kasual (sebab akibat), apa yang dikatakan jiwa dan segala kegiatannya adalah merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau oragan-organ tubuh lainnya, apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan kesenangan serta kebebasan, hanyalah sekedar nama nama atau semboyan, simbol subyektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi semua fenomena sosial maupum alam fenomena psikologi adalah merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari realitas fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kasual. 

D.   Filsafat Pendidikan Pragmatisme = > Pendidikan dalam paham ini bukan merupakan suatu proses pembentukandari luar, dan juga bukanmerupakan suatu pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengna sendirinya, melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu, yangberarti bahwa setiap manusia belajar dari pengalaman. 

E. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme = > Filsafat ini memfokuskan pada pengalaan-pengalaman individu. Eksistensi adalah cara manusia hidup. Pendidikan, proses pembelajaran, harus berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, tidak ada pemaksaan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, melainkan ditawarkan. Tuntunlah peserta didik agar dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Guru endaknya memberian kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan mereka. 

F. Filsafat Pendidikan Progresivisme = >Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus dalam suatu daerah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa datang.

Guru atau pendidik harus berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar peserta didik terdorong atau terbantu untuk mempelajari dan memiliki pengalaman tentang hal-hal yangpenting bagikehidupan mereka, bukan memberikan sejumlah kebenaran yang disebut abadi. Yang penting adalah bahwa guru atau pendidik harus memfasilitasi peserta didik agar memiliki kesempatan yang luas untuk bekerja sama atau kooperatif di dalam kelompok, memecahka masalah yang dipandang penting oleh kelompok bukan oleh guru, dalam kelompoknya.

G. Filsafat Pendidikan Perenialisme  = >Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan.Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.

Ciri utama perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang tergangganggu oleh kekacauan, kebingungan, dan kesimpangsiuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial kultural yang lain. Ibarat, kapal yang akan berlayar, zaman memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas. Perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan pangkalan yang demikian ini merupakan tugas yang pertama dari filsafat dan filsafat pendidikan

Perenialisme bukan merupakan suatu aliran baru dalam filsafat, dalam arti perenialisme bukanlah suatu pengetahuan yang menyusun filsafat baru, yang berbeda dengan filsafat yang telah ada. Teori dan konsep pendidikan perenialisme dilatar belakangi oleh filsafat- filsafat plato sebagai bapak realism klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran ( filsafat) gereja katolik yang tumbuh pada zamannya ( Abad pertengahan).

Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, dimana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorag untuk bersikap yang tegas dan lurus.

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada Abad ke dua puluh.Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.Perenialisme menentang pandangan progrivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sisio-kultural.Oleh karena itu, perlu ada usaha mengamankan ketidakberesan tersebut.

Mohammad Noor Syam ( 1984) mengemukakan pandangan perenialisme, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan untuk kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti ke dalam keadaan ideal. Peranialisme tidak terlihat jalan yang meyakinkan, selain kembali pada prinsip prinsip yang telah sedemikian rupa membentuk sikap kebiasaan, bahwa keperibadian manusia yaitu kebudayaan dahulu ( yunani kuno) dan kebudayaan abad pertengahan.


1. Pendidikan

Perenialisme memandang kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau perennial.Tujuan pendidikan, menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan –gagasan besar yan tidak berubah.

2. Kurikulum

Menurut kaum perenialisme harus menekankan pada pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “ terpelajar secara cultural ”, para siswa harus berhadapan dengan bidang –bidang ini yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia.

Kurikulum perenialis Hutchins didasarkan pada asumsi mengenai pendidikan :

Pendidikan harus mengangkat pencairan kebenaran manusia yang berlangsung terus –menerus.

Karena kerja pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan pada gagasan-gagasan.

Pendidikan harus menstimulasi para mahasiswa untuk berfikir serta mendalami mengenai gagasan-gagasan signifikan.

3. Prinsif pendidikan perenialisme secara umum yaitu :

a. Pada hakikatnya manusia adalah sama di manapun dan kapanpun ia berada, yang walaupun lingkungannya berbeda. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu mencapai kebiajakan dan kebijakan, untuk memperbaiki manusia atau dengan kata lain pemuliaaan manusia. Oleh karena itu maka pendidikan harus sama bagi semua orang kapanpun dan di manapun.

b. Bagi manusia, pikiran adalah kemampuan yang paling tinggi. Karena itu manusia harus menggunakan pikirannnya untuk mengembangkan bawaannya sesuai dengan tujuannya. Manusia memiliki kebebasan namun harus belajar untuk mempertajam pikiran dan dapat mengontrol hawa nafsunya. Kegagalan yang dialami peserta didik jangan dengan cepat menyalahkan lingkungan yang kurang menguntungkan atau nuansa psikologis yang kurang menyenangkan, namun guru hendaknya dapat mengatasinya dengan pendekatan intelektual yang sama bagi semua peserta didik. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti, dan abadi. Kurikulum diorganisasikan dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal.

c. Fungsi utama pedidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasif dan abadi. Pengetahuan yang penting diberikan kepada peserta didik adalah mata pelajaran pendidikan umum atau general education, bukan mata pelajaran yang hanya penting sesaat atau menarik minat pada saat tertentu saja atau seketika. Mata pelajaran yang esensi adalah bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni, dan 3 R ‘s; membaca, menulis, dan membimbing.

d. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan peniruan untuk hidup.

Peserta didik seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literature yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, kehidupan sosil, terutama politik dan ekonomi

H.     Filsafat Pendidikan Esensialisme => Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Bringgs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell.

Esensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu bangunan filsafat itu sendiri, melainkan suatu gerakan yang memprotes pendidkan progresivisme.

ESENSI ( Essence ) ialah hakikat barang sesuatu yang khusus sebagai sifat terdalam dari suatu sebagai satuan yang konseptual dan akali.

Esensi ( essentia ) adalah yang membuat sesuatu menjadi apa adanya. Esensi mengacu pada aspek-aspek yang lebih permanen dan mantap dari suatu yang berlawanan dengan yang berubah-ubah, parsial atau fenomenal.

1. Konsep pendidikan

a. Gerakan back to basics

Gerakan back to basics dimulai dipertentangan tahun 1970 adalah dorongan skala besar yang muktahir untuk menerapkan program- program esensialis disekolah-sekolah.Ahli pendidikan esensialis tidak memandang sebagai orang yang jahat, dan tidak pula memandang anak sebagai seorang yang alamiah yang baik.

Para pemikir Esensialisme pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena mereka berpandangan pada filsafat yang berbeda namun, di antara mereka ada kesepakatan tentang prinsip dasar filsafat esensialisme yang berkaitan dengan pendidikan.

b. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah tertahan dalam kurun waktu yang lama serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua orang.

Selain merupakan warisan budaya, tujuan pendidikan esensialisme adalah ” mempersiapkan manusia untuk hidup”. Namun, hidup tersebut sangat kompleks dan luas, sehingga kebutuhan- kebutuhan untuk hidup tersebut berada di luar wewenang sekolah.

c. Kurikulum

Kurikulum esensialis menekankan pengajaran fakta-fakta : kurikulum itu kurang memiliki kesabaran dengan pendekatan- pendekatan tidak langsung yang diangkat oleh kaum progesivisme. Kurikulum esensialisme seperti halnya perenialisme, yaitu kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran.

d. Peranan sekolah dan guru

Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar dewasa ini melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional.

Mengenai peranan guru banyak persamaannya dengan perenialisme. Guru dianggap sebagai seseorang yang mengusai lapangan subjek khusus, dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk yang ditiru. Guru merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas berada di bawah pengaruh dan pengawasan guru.

Penganut paham Essensialisme mengemukakan beberapa prinsip pendidikan ( Sadulloh, 2003 ), sebagai berikut :

a. Pendidikan dilakukan dengan usaha keras, tidak timbul dengan sendirinya dari dalam diri peserta didik.

b. Inisyatif pelaksanaan pendidikan datang dari guru bukan peserta didik. Guru berperan menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia peserta didik, karena itu kendali pelaksanaan pembelajaran ada pada guru atau pendidik.

c. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. Materi pelajaran direncanakan sepenuhnya oleh orang dewasa dan sekolah baik adalah apabila sekolah tersebut berpusat paa masyarakat ( society centered school ).

d. Metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental merupakan metode yang diutamakan dalam pendidikan di sekolah. Pengikut essensialisme mengakui bahwa problom solving atau metode pemecahan masalah ada manfaatnya, namun tidak perlu dilaksanakan dalam setiap pembelajaran, karena pengetahuan tidak selalu didasarkan atas fakta-fakta, tetapi banyak yang abstrak sehingga tidak dapat dipecahkan ke dalam masalah-masalah yang konkrit.

Tujuan akhir pendidikan adalah meningkatkan kesejahteraan atau kebahagiaan sesai dengan tuntutan demokrasi.

2. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Caroline Pratt (1948), seorang rekonstruksionis social yang berpengaruh periode itu: “ Nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berpikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya ”.

Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresifisme dalam pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari pengalaman-pengalaman di kemasyaratan di sekolah.

Tujuan pendidikan adalah untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik akan masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi manusia bukan hanya nasional, regional akan tetapi juga secara global.

Kurikulum merupakan subjek matter yang berisikan masalah-masalah sosial, ekonomi, politik yang beranekaragam, yang dihadapi umat manusia, termasuk masalah-masalah sosial dan pribadi terdidik itu sendiri. Mengenai perana guru, paham rekonstruksionalisme sama dengan progresivisme. Guru harus menyadarkan si pendidik terhadap masalah- masalah yang dihadapi manusia, membantuk terdidik mengidentifikasi masalah-masalah untuk dipecahkannya, sehingga terdidik memiliki kemampuan memecahkan tersebut.

Sekolah merupakan agen utama untuk perubahan sosial, politik, dan ekonomi di masyarakat. Tugas sekolah adalah mengembangkan “ rekayasa sosial”, dengan tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat dewasa ini dan masyarakat yang akan datang.

Brameld ( Sadulloh, 2003 ), mengemukakan teori pendidikan Rekonstruksionisme terdiri dari lima tesis, yakni :

a. Pendidikan berlangsung saat ini untuk menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-ilai dasar budaya masa kini, selaras dengan yang mendasarikekuatan-kekuatan ekonomi dan sosial masyarakat modern.

b. Demokrasi sejati merupakan dasar dari kehidupan masyarakat baru. Lembaga utama di masyarakat ditentukan dan dikontrol oleh masyarakat itu sendiri. Segala harapan dan kepentingan/kebutuhan masyarakat menjadi tanggung jawab masyarakat melalui wakil-wakil yang dipilih.

c. Anak sekolah dan pendidikan diatur oleh kekuatan budaya dan sosial. Rekonstruksionisme memandang khidupan beradab adalah hidup berkelompok, sehingga sekolah harus berlangsung dalam kelompok yan berati bahwa kelompok memegang peran yang sangat penting disekolah. Sekolah adalah realisasi dari sosial ( social self realization ); melalui sekolah akan ikembangkan bukan hanya sifat sosialnya akan tetapi kemampuan untuk melibatkan diri dalam perencanaan sosial.

d. Guru memegang peranan penting dalam pendidikan di sekolah akan tetapi dalam pelaksaanaan tugasnya harus selalu memperhatikan prosedur yang demokratis.

e. Tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan krisis budaya, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yaitu nilai-nilai universal.

Penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih, sebaiknya harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan teori kebutuhan tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah.

I. Filsafat Pendidikan Pancasila => Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirituaal keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdaasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan menyediakan kesempatan atau kondisi optimal bagi terjadinya belajar dan proses pembelajaran. Pendidik berperan sebagai fasilitator, organisator, dan motivator, memfasilitasi pembelajaran, mengarahkan atau menuntun, dan mendorong peserta didik dlam aktifitas belajarnya agar berlangsung efektif dan efisien.

Selanjutnya dalam UU Ssisdiknas tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan sebagai berikut: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan memebentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.